Social Icons

Sunday, September 8, 2013

Kecerdasan Buatan : The Next Big Thing dalam Teknologi Informasi



Seringkali dalam perjalanan disaat perut menuntut diisi kita sering kebingungan mau makan dimana bukan ? biasanya solusi umum yang terjadi adalah menelpon siapa saja yang kita kenal yang lebih mengenal daerah itu. Bayangkan apabila ada layanan informasi yang bisa memberikan info kepada kita seperti simulasi berikut :

A (Anda) – O (Operator)

A :  "Siang mbak. Saya ada di jalan Parangtritis – Jogja nih mbak, ada info tempat makan yang lagi promo nggak nih ?"

O : "Oh baik pak, sebentar ya. (setelah beberapa saat) Terima kasih sudah menunggu pak. Ada beberapa resto di jalan Parangtritis yang lagi promo pak. dst dst. (pada bagian akhir) Sesaat lagi kami akan mengirimkan sms koordinat lokasi resto yang bapak pilih yang bapak bisa masukkan ke gps bapak.

Wow keren !!!. Semua info diberikan gratis karena tentunya si pemilik resto yang bayar ke operator penyedia informasi. Nggak tahu kapan ada layanan seperti ini tapi layanan seperti ini tidaklah mustahil dilakukan. Informasi yang dibutuhkan tetap sama mungkin saja medianya lain. Sebenarnya sudah banyak teknologi yang memungkinkan tinggal mungkin secara ekonomis masih belum memungkinkan.

Pada bulan April 2010, banyak orang bertanya-tanya dengan keputusan Apple mengakuisisi Siri. Semua menduga bahwa Apple akan masuk ke bidang search engine karena Siri adalah perusahaan yang bergerak dibidang search agent. 

Steve Jobs dengan jelas-jelas membatah bahwa tidak tertarik masuk ke bidang Search Engine, tapi dia tertarik pada bidang Artificial Intelligence. Steve nampaknya memang tidak berbohong, kalau kita kunjungi situs Siri, memang Ia lagi mempersiapkan sesuatu yang berbau Artificial Intelligence. 

Siri menawarkan aplikasi untuk iPhone yang bisa didownload secara gratis dan aplikasi berbasis AI ini berusaha menjawab pertanyaan Anda. Tidak jelas seberapa bebas pertanyaan yang bisa diajukan tapi nampaknya aplikasi ini bisa menjawab masalah cuaca, lokasi resto, lokasi Starbucks terdekat, dll. Ini satu langkah lebih ke depan daripada apa yang disuguhkan Google yang lebih bersifat sebagai mesin pencari.

Artificial Intelligence atau Kecerdasan Buatan sebenarnya bukanlah hal baru, tetapi dari waktu ke waktu seringkali diragukan keterbatasannya. Banyak yang berpendapat bagaimanapun mesin tidak dapat menyaingi kemampuan otak manusia meskipun mesin itu dirancang oleh orang-orang yang luar biasa kecerdasannya. Tapi satu hal yang menarik diamati bahwa dari waktu ke waktu AI semakin terlihat menjanjikan. Kita lihat bagaimana sejarah mencatat keberhasilan AI ini.

Pada tahun 1979, juara backgammon dunia, Luigi Villa, kalah secara telak 1 : 7 dengan BKG 9.8, sebuah software AI yang ditulis oleh Hans Berliner dan dijalankan pada mainframe DEC PDP-10.

Pada tahun 1986, MAVEN mengalahkan pemain top Scrabble dunia. Pencipta Maven, Brian Sheppard, sehingga pada tahun 2002 Maven semakin mampu berpikir beberapa langkah kedepan, sesuatu yang sulit dilakukan oleh pemain Scrabble top sekalipun.



Pada tahun 1994, CHINOOK, mampu mengalahkan juara checker atau draught dunia, Marion Tinsley. Pertarungan dengan Tinsley cukup menarik, karena pertandingan ini adalah pertandingan ulang setelah empat tahun sebelumnya Chinook kalah 2 : 4 dengan Tinsley. Jonathan Schaeffer, pencipta Chinook harus memperbaiki algoritme program Chinook agar semakin kompleks memahami langkah lawan main. Mau coba lawan Chinook, silahkan akses ke link ini.


Pada tahun 2008, POLARIS melawan 6 pemain poker profesional di Las Vegas. Polaris menang  3 kali, kalah 2 kali dan seri sekali. Poker merupakan pertandingan strategi yang cukup kompleks apalagi melawan 6 orang dengan strategi masing-masing, pencapaian Polaris merupakan catatan kemajuan AI yang patut dihargai.

Sampai dengan Polaris, para skeptis pasti tetap beralasan bahwa semua uji coba kemampuan AI masih "terbatas" pada permainan. Bagaimanapun permainan ada aturan permainan yang bisa dibuatkan algoritme bagaimana mengantisipasi strategi lawan dengan menganalisa setiap langkahnya. 

Tapi tunggu dulu, apa yang dilakukan oleh IBM dalam project WATSON bisa membuat kita geleng-geleng kepala. IBM mempersiapkan mesin berbasis AI yang mampu ikut berkompetisi dalam acara Jeopardy. Jeopardy adalah acara tanya jawab yang lingkup pertanyaannya sangat luas dengan model pertanyaan dapat berupa pertanyaan, cerita dan bentuk lain. Sesuatu yang sepertinya tidak mungkin dimenangkan oleh mesin bukan ? Tapi kenyataannya Watson menang lho.

Bagaimana IBM mempersiapkan Watson ? Kita bisa geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak, 4 tahun persiapan untuk informasi sebanyak 200 juta halaman ensiklopedia dimasukkan ke dalam memori Watson. 

Tidak itu saja, Watson dipersiapkan untuk mengantisipasi pertanyaan kompleks yang diajukan pembawa acara dan mencari tiga jawaban yang paling cocok, dan kemudian menentukan tingkat keyakinan mana yang lebih tinggi dari ketiga jawaban itu. 

Semua diproses dalam hitungan detik. Susah membayangkan model algoritme yang dipersiapkan, tapi ada video yang menjelaskan bagaimana Watson dipersiapkan di bawah ini. 



Beginilah pertandingan yang terjadi antara Watson dengan lawannya pada Jeopardy
Hari Pertama Watson mendapat nilai sama dengan Brad dengan score $5.000.



Hari Kedua Watson menungguli jauh dengan nilai $35.734. Menariknya lagi pada akhir episode dimana peserta diminta untuk mempertaruhkan jawabannya dengan sejumlah nilai tertentu, Watson yang tidak yakin dengan jawabannya mempertaruhkan jumlah uang yang minimal. Suatu strategi yang juga dipersiapkan dengan cerdas.



Luar biasa bukan !! Jangan beranggapan ini adalah proyek mercusuar yang hanya menunjukkan superioritas sebuah institusi, karena apa yang mustahil pada jaman kita saat ini, mungkin menjadi fenomena biasa dalam generasi mendatang. Sejarah sudah membuktikan berulang kali mengenai hal ini.

Bayangkan bagaimana kontribusi teknologi kecerdasan buatan sekelas Watson ini apabila diterapkan misalkan dalam dunia kesehatan, berapa banyak nyawa yang mungkin bisa diselamatkan.

Sumber : Wikipedia, YouTube, The Scientist

Share on :

No comments:

Post a Comment