Social Icons

Sunday, May 5, 2013

Pahit-Manisnya Team Order Formula 1


Team order adalah istilah yang digunakan untuk perintah dari pimpinan tim kepada salah satu pebalapnya agar mengalah untuk berbagai tujuan, terutama melindungi peluang meraih poin maksimal.

Team order sudah digunakan sejak masa awal Formula 1. Pada tahun 1964, pebalap Ferrari,
Lorenzo Bandini,
menurunkan kecepatannya agar rekan setimnya, John Surtees, bisa finis di depannya dan meraih poin yang dibutuhkan untuk mengalahkan Graham Hill sekaligus mengamankan gelar juara dunia.

Namun tak semua team order digunakan untuk hal ‘serius’. Pada 1955, McLaren memerintahkan Juan Fangio untuk mengalah kepada rekannya asal Inggris, Stirling Moss, di Silverstone. Hanya agar Stirling bisa menang di kampung halamannya.

Hampir sama, Ayrton Senna menyerahkan posisi terdepannya kepada rekan setimnya, Gerhard Berger, di GP Jepang pada 1991. Senna, yang sudah memastikan gelar juara dunia sebelum seri tersebut digelar mengatakan, “Soalnya dia sudah banyak membantu,” demikian dinukil dari buku The Piranha Club: Power and Influence in Formula One.

Masih dari sumber yang sama, team order yang lebih aneh lagi digunakan untuk balas jasa kepada tim lain. Ini terjadi pada GP Eropa musim 1997. Pebalap Williams, Jacques Villeneuve, yang sudah memastikan gelar dunia, mendapat perintah dari pit untuk membiarkan McLaren menyalip. Alasannya: “Mereka sudah sangat membantu.”

Tapi tak semua pebalap senang diuntungkan lewat team order. Pada 2002, tepatnya di GP Austria, Ferrari memerintahkan Rubens Barrichello untuk memberikan posisi pertama kepada Michael Schumacher. Tak senang, Schumi menolak naik ke podium teratas dan mempersilakan Barrichello menempatinya.

Schumi kemudian ‘membalas jasa’ Rubinho di GP AS pada musim yang sama. Keduanya seolah mengejek kebijakan tersebut dengan berusaha menyentuh garis finis secara bersamaan. Akhirnya Barrichello keluar sebagai pemenang dengan selisih hanya 0,011 detik.


Sulit dihapus

Karena dianggap negatif, “team order yang bisa mempengaruhi hasil akhir balapan” akhirnya dilarang setelah musim 2002. Meski demikian, sejumlah tim tetap berusaha menerapkannya secara tersirat.

Pada GP Jerman 2010, seperti dinukil dari BBC Sport, tim Ferrari terdengar berkomunikasi dengan Felipe Massa. “Fernando (Alonso) lebih cepat darimu. Bisakah kau pastikan kau paham arti pesan ini?”

Tak lama kemudian, Massa mengurangi kecepatannya dan membiarkan rekan setimnya, Fernando Alonso, menyalipnya. FIA tetap menganggapnya sebagai team order dan menghukum Tim Kuda Jingkrak dengan denda 100 ribu dolar AS.

Banyak yang mendukung larangan team order, termasuk bos Red Bull, Christian Horner. Ia mengatakan, “Sungguh memalukan bahwasanya sebuah balapan dimanipulasi untuk memberikan kemenangan kepada satu pebalap dari pebalap lain.”

Presiden Ferrari Luca di Montezemolo melawan. Menurutnya, larangan team order hanyalah bentuk kemunafikan dari para pelaku olahraga ini.

“Hal semacam ini sudah terjadi sejak lama. Sejak jamannya Niki Lauda, bahkan lebih lama. Sudahilah kemunafikan ini. Bahkan andai saya bisa menerima kenyataan bahwa beberapa orang suka jika sesama pebalap kami berusaha saling menyingkirkan, saya tetap takkan melakukannya,” kata Montezemolo seperti dilansir The Motor Report.

Pada akhir 2010, FIA menilai larangan team order tidak berfungsi maksimal dan merevisinya kembali. Larangan team order tak tercantum lagi di daftar peraturan balapan untuk musim 2011.


Team order membuat kisah F1 kian dramatis

Praktik team order terbaru terjadi di GP Malaysia musim 2013, dilakukan setidaknya oleh dua tim, termasuk Red Bull lewat Christian Horner.

Horner memerintahkan Sebastian Vettel untuk menjaga jarak di belakang Mark Webber. Namun perintah ini gagal dipatuhi Vettel, ia terus merangsek. Sementara Horner hanya bisa pasrah. “Seb, ini konyol,” demikian reaksinya atas tindakan Vettel, seperti dilansir BBC Sports.

Webber jelas kecewa. Ia sudah mematuhi perintah tim untuk menurunkan putaran mesin agar awet, namun malah disalip oleh rekannya sendiri, yang justru tak mengindahkan peraturan.

“Tim sudah mengambil keputusan. Seb membuat keputusan sendiri dan seperti biasa, dia akan mendapat perlindungan,” keluhnya.

Praktik lain team order dilakukan Mercedes GP. Kali ini, Nico Rosberg mematuhi perintah tim untuk tidak menyalip rekan setimnya, Lewis Hamilton yang berada di depannya meski ia yakin bisa lebih cepat daripada Hamilton.

“Negatif, Nico. Kecepatan Lewis sudah tepat seperti yang kami minta,” jawab bos tim, Ross Brawn, lewat radio saat Rosberg meminta izin menyalip. Demikian dinukil dari Daily Mail.

“Ingatlah kejadian ini,” balas Rosberg lewat radio sesaat usai melewati garis finis, sebelum meninggalkan mobilnya.

Setelah balapan, Nico menjelaskan arti pernyataannya itu. “Ini untuk mengingatkan mereka (pemimpin tim) bahwa saya menuruti permainan mereka,” katanya.

Team order cukup efektif untuk menjaga peluang meraup poin maksimal secara tim, namun juga beresiko merusak keharmonisan. Bagaimana sebuah tim berusaha menerapkan team order sembari menjaga kondisi internal tetap dingin adalah hal yang membuat F1 lebih menarik dan dramatis.

Share on :

No comments:

Post a Comment