Unsur utama pensil adalah percampuran grafit dan tanah liat dimana dengan ragam rasio antara keduanya akan
menghasilkan hasil yang berbeda.
Apabila tanah liat dikurangi maka grafit akan mendominasi volume yang ada sehingga hasilnya akan semakin hitam, begitupun apabila tanah liatnya terlalu banyak maka hasilnya akan memudar (tidak terlalu hitam) akan tetapi batangnya lebih keras.
Bila terlalu banyak grafit maka batang pensil akan sangat lembut tetapi juga lebih cepat aus. Sedangkan bila menggunakan pensil yang terlalu sedikit grafit maka untuk menghitamkannya perlu beberapa kali goresan yang tentu juga akan merusak kertas.
Jadi penggunaan pensil (khususnya saat menggambar) sebaiknya bukan hanya bermain pada jumlah goresan melainkan dengan menggunakan komposisi pensil yang sesuai.
Komposisi tersebut bisa kita ketahui karena pasti tercetak / tertulis jelas pada batang pensil. Unsurnya adalah 3 huruf yaitu H, F dan B.
H, berarti Hardness (yaitu tingkat kekerasan, skalanya antara H, 1H sampai 9H, semakin tinggi angkanya berarti semakin keras).
F, berarti Fine (yang diperuntukan utk menulis dan tanpa skala).
B, berarti Blackness (tingkat kehitaman dari mulai B, 1B, 9B bahkan 9xxB).
Misalkan:
1. HB berarti lebih keras dan lebih hitam dari F
2. 2B lebih hitam dan tidak keras.
3. HHBBB berarti lebih keras 2 kali lipat dan sangat amat hitam. Dapatkah kita membayangkan seberapa hitam pensil 9B itu?
Adapun pengkodean tersebut adalah mengikuti cara Inggris yang de facto lebih dianut sebagai kode internasional sedangkan Amerika membuat pengkodean sendiri yang terbatas pada penggunaan yang paling umum yaitu #1 (B), #2 (HB), #2½ (F), #3 (H) dan #4 (2H).
Ada satu hal yang menarik dalam pengkodean pensil tersebut bahwa ternyata sebenarnya tidak ada standar internasional penentuan kadar grafit dan tanah liat bagi setiap produsen pensil, jadi kehitaman pensil 2B pada pensil merk tertentu bisa berbeda dengan 2B pada pensil merk lainnya.